Selasa, 07 Maret 2017

askep hemoroid



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali bila sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar stfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk membahas penyakit hemoroid karena hemoroid jarang diperhatikan oleh masyarakat bila belum terjadi perdarahan dan rasa nyeri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep medis penyakit hemoroid ?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan penyakit hemoroid ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep medis penyakit hemoroid
2.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit hemoroid



BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP MEDIS
1.      Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
2.      Etiologi
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai berikut :
a.    BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama.
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan vena  yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat menekan.
b.    Obtipasi atau konstipasi kronis
Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk
c.    Tekanan darah (Aliran balik venosa)
Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan mengakibatkan hemoroid
d.   Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e.    Olah raga berat
Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
f.     Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
3.      Klasifikasi
Berdasarkan letak terjadinya hemoroid dibedakan dalam dua klasifikasi, yaitu  :
1.      Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dan jaringan penyambung dan sedikit  pembuluh darah.
2. Hemoroid Interna
a.    Derajat I   :  terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b.    Derajat II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan setelah selesai BAB.
c.    Derajat III :  pembesaran hemoroid  yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
d.   Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis atau infark
4.      Patofisiologi
Drainase daerah  anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis superior dan inferior. Vena hemoridalis superior mengembalikan daerah ke v. mesenterika inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anostomosis. Ini menjadi varices disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien berada dalam posisi litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan dan lateral kiri. Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut. V. hemoroidales inferior memulai venular dan pleksus – pleksus kecil di daerah anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus inilah yang menjadi varices dan disebut hemoroid eksterna (Mansjoer, 2000 : 321).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu, sistem portal tidak mempunyai katub, sehingga mudah terjadi aliran balik. (Price, 1995 : 420).
Hemoroid adalah pelebaran vena hemoroidalis. Pada saat terdapat penekanan, hemoroid internal akan terdorong melewati pintu anus dan membentuk penonjolan (prolap). Prolap pada hemoroid derajat II dapat  masuk kembali dengan sendirinya, pada derajat III dapat masuk dengan bantuan dari luar ( tekanan tangan ) dan pada derajat IV tidak dapat masuk kembali ke dalam (menetap). Prolap yang menetap mengandung gumpalan darah (thrombus) yang dapat menimbulkan pembengkakan dan peradangan. Prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan nyeri. Selain itu prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan iritasi kulit perianal. Bila penderita tidak dapat menjaga kebersihan tubuhnya, maka dapat menimbulkan rasa gatal dan mengeluarkan lendir. Adanya lendir menyebabkan kelembaban di daerah anus.
Bila prolap tersebut terus mendapat tekanan dari feses yang keras maka dapat merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan yang terjadi kadang hanya menetes dan kadang dapat memancar deras. Pendarahan yang berulang dapat menimbulkan anemia. 
5.      Manifestasi klinis
1.      Gejala utama
a.       Perdarahan melaui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri
b.      Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya
2.      Gejala lain yang mengikuti
a.       Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau thrombus
b.      Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah
c.       Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi
6.      Pemeriksaan penunjang
a.       Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
b.      Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
c.       Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
d.      Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai karsinoma.
e.       Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.


f.       Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
g.      Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan   akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
7.      Penatalaksanaan
1.    Terapi konservatif
a.       Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.
b.      Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
·          Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
·          Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
·          Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
·          Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
·          Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.

2.      Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a.       Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan ke kuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b.      Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu  kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c.       Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
d.      IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
3.      Terapi Operatif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga pasien tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid dipotong dan dijahit sekaligus.
B.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.       PENGKAJIAN
Ø  KASUS
Tn. M masuk RSUD Abunawas dengan keluhan BAB berdarah sudah 2 hari, + 3 kali BAB berdarah, merasa nyeri di bagian anus. Setelah melakukan pemeriksaan perdarahan terjadi karena adanya benjolan di anus, tidak terjadi perdarahan di daerah lain, warna darah merah segar, klien merasakan badannya lemas, BAB tidak teratur dan susah, BAK lancar. Pemeriksaan TTV, TD : 100/70 mmHg, N : 72x/ mnt P : 20x/mnt
S : 36,50 C.  Hb : 6 gr/dl
1)      Pengumpulan Data.
a.       Indentitas
Nama                                 : Tn. M
Umur                                 : 77 tahun
Jenis Kelamin                    : Laki- laki
Pendidikan                        : SD
Pekerjaan                           : Petani
Agama                               : Islam
Suku / Bangsa                    : Jawa / Indonesia
Status Perkawinan             : Kawin
Alamat                               : Jl. martandu RT/RW. 02/01 Kambu.
                                             Kec. Kambu
b.      Identitas penanggung jawab
Nama                                 : Tn.R
Umur                                 : 45 tahun
Jenis Kelamin                    : Laki – laki
Pendidikan                        : S1
Pekerjaan                           : PNS
Hubungan dengan Klien   : Anak
Alamat                               : Jl. RT/RW. 02/01 Kambu
                                            Kec. Kambu
2)      Keluhan utama
Klien mengeluh BAB bercampur darah
3)      Riwayat Penyakit
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. M masuk RSUD Abunawas dengan keluhan BAB berdarah sudah 2 hari, + 3 kali BAB berdarah, merasa nyeri di bagian anus. Setelah melakukan pemeriksaan perdarahan terjadi karena adanya benjolan di anus, tidak terjadi perdarahan di daerah lain, warna darah merah segar, klien merasakan badannya lemas, BAB tidak teratur dan susah, BAK lancar. Pemeriksaan TTV, TD : 100/70 mmHg, N : 72x/ mnt P : 20x/mnt S : 36,50 C.  Hb : 6 gr/dl
b.       Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita hemoroid sudah + 1 tahun yang lalu tetapi tidak dilakukan tindakan operasi sehingga sekarang kambuh kembali.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama, penyakit keturunan (seperti diabetes, hipertensi, asma, dll), penyakit menular (seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC, dll).
4)      Data Biologis

No
Kebutuhan
Sebelum sakit
Sesudah sakit
1.
Nutrisi
a.  BB/TB
b.  Diit terakhir
c.  Kemampuan mengunyah
-     Mengunyah
-     Menelan
-     Bantuan total/sebagian
d. Frekuensi makan
e.  Porsi makan
f.   Makanan yang di sukai
g.  Makanan yang menimbulkan alergi

47 kg/140 cm
Nasi

Baik
Baik
Tidak ada
3x/hari
1 porsi
Tidak terkaji
Tidak ada

47 kg/140 cm
BN 1600 kal

Baik
Baik
Sebagian
3x/hari
1/2 porsi
Tidak terkaji
Tidak ada
2.
Cairan
a.  Intake
-       Oral
Jenis
Jumlah
Bantuan total/sebagian
-       Intervensi
Jenis
jumlah
b.  Output
-       Sunction
-       Drain
-       Muntah



Air putih
+ 1000 cc
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada



Air putih
+ 600 cc
Sebagian

RL
+ 400 cc

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3.
Eliminasi
a.  BAB
Frekuensi
Warna
Jumlah
Keluhan
Bantuan total/sebagian
b.  BAK
Frekuensi
Warna
Jumlah
Keluhan
Bantuan total/senagian


1x/hari
Khas feses
+ 100 cc
Tidak ada
Tidak ada

3 – 4 x/hari
Kuning jernih
+ 800 cc
Tidak ada
Tidak ada


Belum pernah
-
-
-
-

3 x/hari
Kuning jernih
+ 600 cc
Tidak ada
Sebagian
4.
Istirahat
a.  Lama tidur
b.  Kesulitan mulai tidur
c.  Kebiasaan mulai tidur

8 – 9 jam
Tidak ada
Malam

6 – 7 jam
Gelisah
Siang + malam
5.
Personal hygiene
a.  Mandi
-     Frekuensi
-     Kebiasaan mandi
-     Bantuan
b.  Gosok gigi
c.  Cuci rambut
d. Gunting kuku
e.  Ganti pakaian


2x/hari
Pagi + sore
Tidak ada
2x/hari
1x/2 hari
1x/minggu
2x/hari

Belum pernah
-
-
-
-
-
-
1x/hari
6.
Aktivitas
a.  Kesulitan dalam melakukan aktivitas
b.  Anjuran badrest

Tidak ada

Tidak ada

Ya

Ya

5)      Pemeriksaan Fisik
a.       Penampilan umum        : Kotor
b.      BB dan TB                   : 47 kg dan 160 cm
c.       Pemeriksaan TTV
1)      TD                           : 100/70 mmHg
2)      N                             : 72 x/menit
3)      R                             : 20 x/menit
4)      S                              : 36,50C
d.      Pengkajian Head To Toe
1)      Kepala
a)      Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada kelainan lain di kepala.
b)      Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris, bulu mata ada, konjungtiva pucat, reflek pupil normal, terbukti saat memakai cahaya penlight didekatkan pupil mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar. Pergerakan bola mata pasien normal terbukti saat mata pasien mengikuti arah jari pemeriksa. Ketajaman penglihatan klien sudah rabun terbukti saat klien dianjurkan membaca klien tidak tepat membaca kalimat tersebut. Saat dilakukan palpasi tidak ditemukan kelainan.
c)      Telinga
     Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien terganggu, terbukti saat pemeriksa berbicara pelan / normal klien kurang mendengar dan harus diulangi dengan suara sedikit lebih keras.
d)     Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien normal, terbukti saat klien dianjurkan mencium wewangian (parfum, kayu putih, sabun) dan klien menjawab dengan tepat.
e)      Mulut, Lidah, Gigi
Bibir simetris, warna bibir pucat, bibir lembab, tidak ada lesi, mulut kotor, gigi sudah tidak utuh, warna gigi kekuningan, ada karies, keadaan gigi kotor, tidak ada lesi di daerah gusi, tidak ada pembengkakan dan nyeri di daerah gusi.
Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada kelainan di lidah. Saat dilakukan palpasi di rongga mulut tidak ada pembengkakan maupun nyeri tekan.
Indra perasa klien masih normal, terbukti saat pemeriksa memberikan perasa dan klien menjawab dengan tepat. Saraf kranial hipoglosal klien normal, terbukti saat klien dapat mengeluarkan dan menggerakan lidah. Gerak otot rahang klien masih bekerja dengan baik.




2)      Leher
Bentul leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa, reflek menelan klien baik, saraf kranial asesori klien baik, terbukti saat klien di minta untuk menengok ke kiri / kanan kemudian ditahan oleh pemeriksa.
3)      Dada, Payudara, dan Ketiak
Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris, ekspansi dada seimbang, terbukti saat pemeriksa merasakan getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien bernafas. Traktil fremitus klien seimbang terbukti saat pemeriksa meletakan kedua tangan di punggung klien pada saat klien mengucapkan bilangan “tujuh – tujuh”. Suara pernafasan jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas klien teratur dan normal.
Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur dan normal.
Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara simetris, tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di daerah putting.
Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.
4)      Abdomen
Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan di daerah perut, bising usus klien normal yaitu 9x/menit, tidak ada keluhan saat diperkusi, perut tidak kembung.
Posisi umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain pada umbilikal.
5)      Genitalia
Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan genitalia, klien mengatakan tidak ada keluhan dibagian genitalia, tetapi adanya benjolan di anus.
6)      Kulit dan Kuku
Warna kulit pucat, tidak ada lesi maupun edema, warna kuku pucat hampir berwarna putih, bentuk kuku normal, kuku tebal, tekstur kuku lembut, kelembapan kulit kurang, turgor kulit normal, pengisian kapiler / capillary refill lambat yaitu lebih dari 3 detik.
7)      Ekstermitas
a)      Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain, reflek bisep dan trisep klien normal, terbukti saat dilakukan ketukan di lekukan sikut dan di sikut menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas. Tangan kanan klien terpasanng infus, tingkat kekuatan otot klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh dan dapat menahan tahanan)
4
4

b)      Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek patella normal terbukti saat dilakukan ketukan di lutut menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas. Reflek achilles normal terbukti saat dilakukan ketukan dipergelangan kaki dan kemudian adanya gerakan spontan pada kaki. Reflek plantar / babinski normal terbukti saat telapak kaki di sentuh klien merasa geli. Tingkat kekuatan otot kaki klien yaitu 5 dari 5 (kekuatan kontraksi penuh dan dapat menahan tahanan dengan baik)
5
5



6)      Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai

Hematologi


1.
Hemoglobin
 6 g/dl
Pria : 14 – 18 g/dl
Wanita : 12 – 16 g/dl
2.
Leukosit
2.300 mm3
Dewasa : 4.000 – 10.000 mm3
Bayi : 9.000 – 12.000 mm3
3.
Hematokrit
25 %
Pria : 40 – 48 %
Wanita : 37 – 42 %
4.
Trombosit
414.000
150.000 – 450.000 mm3

7)      Terapi Sesuai Advis Dokter
a.       IVFD 2A 20 tpm
b.      Ceftriaxone inj 1 x 2 gr
c.       Ranitidine inj 2 x 1
d.      Asam tranexamat inj 3 x 1
e.       Dramamin 1 – 0 – 1
f.       Protransfusi PRL
2.      Analisa Data

No
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS : - Klien mengeluh adanya perdarahan pada saat BAB
DO: - Warna kuku klien sangat pucat hampir berwarna putih
-   Konjungtiva pucat
-   Capillary refill > 3 detik
-   Hb klien 6 g/dl
Feses yang keras

pecahnya vena hemoroidalis

perdarahan pada saat BAB/perdarahan di anus
Perdarahan
2.
DS : - Klien mengeluh nyeri dibagian anus
-   Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO: - Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
-   Klien tampak meringis menahan nyeri
-   Skala nyeri klien 2 dari 5
Kantung – kantung vena melebar
 

Menonjol ke saluran anus

Terjadi benjolan
 

Nyeri pada saat BAB
Nyeri akut
3.
DS : - klien mengeluh lemas
-   Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
-   Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
DO: - klien tampak lemah
-   Aktivitas klien tampak dibantu
-   Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
-   Kekuatan otot klien :
·    Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
·    Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5.
Nyeri hemoroid
                
Badan lemas karna kelelahan menahan nyeri
                
Tidak dapat beraktivitas secara mandiri
                
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
4.
DS : - Klien mengeluh badan terasa lengket
-   Klien mengatakan belum mandi
-   Klien mengeluh merasa tidak nyaman di badan
DO: - Badan klien tercium bau
-   Badan klien tampak kotor
-   Badan klien terasa lengket ketika diraba
Kelemahan fisik
                
Intoleransi aktivitas
                
Pemenuhan personal hygiene tidak terpenuhi
 

Defisit personal hygiene
Defisit personal hygiene



3.      Diagnosa Keperawatan
1.      Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh adanya perdarahan pada saat BAB
DO:  - Warna kuku klien sangat pucat hampir berwarna putih
-    Konjungtiva pucat
Capillary refill > 3 detik
         -   Hb klien 4,3 g/dl
2.      Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh nyeri dibagian anus
        -   Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO: - Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
       -   Klien tampak meringis menahan nyeri
       -   Skala nyeri klien 2 dari 5
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karena hemoroid, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh lemas
        -   Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
        -   Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
DO: - klien tampak lemah
        -   Aktivitas klien tampak dibantu
              -   Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
              -   Kekuatan otot klien :
·    Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
·    Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5
4.      Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh badan terasa lengket
       -   Klien mengatakan belum mandi
       -   Klien mengeluh merasa tidak nyaman di badan
DO: - Badan klien tercium bau
        -   Badan klien tampak kotor
        -   Badan klien terasa lengket ketika diraba
4.      Intervensi Keperawatan

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
1.
Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis, ditandai dengan :
DS :
-     Klien mengeluh adanya perdarahan pada saat BAB
DO :
-     Warna kuku klien sangat pucat hampir berwarna putih
-     Konjungtiva pucat
-     Capillary refill > 3 detik
-     Hb klien 4,3 g/dl
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Perdarahan pada saat BAB hilang
-     Konjungtiva tidak pucat
-     Warna kuku merah muda / normal
-     Capillary refill normal / < 2 detik
-     Hb 12 – 16 g/dl
-     Monitor banyaknya perdarahan klien
-     Monitor warna dan konsistensi darah
-     Observasi TTV secara rutin
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin K dan B12 sesuai indikasi
2.
Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid, ditandai dengan :
DS :
-   Klien mengeluh nyeri dibagian anus
-   Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO:          
-     Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
-   Klien tampak meringis menahan nyeri
-   Skala nyeri klien 2 dari 5
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Nyeri di bagian anus hialng / berkurang
-     Nyeri pada saat BAB hilang
-     Perdarahan hilang
-     Bejnolan hilang
-     Klien tidak meringis
-     Skala nyeri 1 bahkan 0
-     Berikan posisi yang nyaman
-     Berikan bantalan di bawah bokong saat duduk
-     Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri seperti relaksasi dan distraksi
-     Observasi tingkatan nyeri
-     Kolaborasi denngan tim medis untuk pemberian analgesik, pelunak feses, dan dilakukannya hemoroidectomi
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karna hemoroid, ditandai dengan :
DS :
-     Klien mengeluh lemas
-     Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
-     Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
DO :
-     Klien tampak lemah
-     Aktivitas klien tampak dibantu
-     Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
-     Kekuatan otot klien :
·    Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
·    Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Klien tidak lemas
-     Klien dapat beraktivitas secara mandiri
-     Kekuatan otot klien maksimal
-     Kaji tingkat aktvitas klien
-     Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari – hari
-     Mandirikan klien dalam melakukan aktivitas sehari – hari
-     Berikan motivasi kepada klien utuk bisa melakukan aktivitas secara mandiri
4.
Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan :
DS :
-   Klien mengeluh badan terasa lengket
-   Klien mengatakan belum mandi
-   Klien mengeluh merasa tidak nyaman di badan
DO :
-   Badan klien tercium bau
-   Badan klien tampak kotor
-   Badan klien terasa lengket ketika diraba
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Badan klien tercium harum
-     Badan klien bersih
-     Badan klien tidak lengket
-     Mandikan klien

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari berbagai definisi yang dikemukakan dalam bab II, penulis menyimpulkan bahwa hemoroid adalah suatu benjolan yang tidak wajar yang terdapat di daerah anus yang dapat menyebabkan perdarahan serta nyeri pada saat BAB.
Gejala utama hemoroid adalah perdarahan melaui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri dan prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Kasus hemoroid pada Tn. M dengan keluhan utama yaitu BAB bercampur / dilumuti darah.
Diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :
1.      Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karena hemoroid.
4.      Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik.
B.     Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
1.      Minum banyak  air,  makan  makanan  yang  mengandung  banyak serat (buah,  vitamin K, dan vitamin B12, sayuran,  sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram sehari
2.      Olahraga
3.      Mengurangi mengedan
4.      Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar) Membatasi mengedan sewaktu buang air besar.
5.      Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan terjadinya wasir dan dapat mengiritasi wasir yang sudah ada.


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yang terkena. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali bila sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis.
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul di luar stfingter anal disebut hemoroid eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk membahas penyakit hemoroid karena hemoroid jarang diperhatikan oleh masyarakat bila belum terjadi perdarahan dan rasa nyeri.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konsep medis penyakit hemoroid ?
2.      Bagaimana asuhan keperawatan penyakit hemoroid ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep medis penyakit hemoroid
2.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit hemoroid



BAB II
PEMBAHASAN

A.    KONSEP MEDIS
1.      Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Penyakit hemoroid sering menyerang usia diatas 50 tahun. Hemoroid seringkali dihubungkan dengan konstipasi kronis dan kehamilan. Terkadang dihubungkan dengan diare, sering mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal dan perdarahan rectal (Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
2.      Etiologi
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain sebagai berikut :
a.    BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama.
BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan vena  yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu hernia dapat menekan.
b.    Obtipasi atau konstipasi kronis
Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk
c.    Tekanan darah (Aliran balik venosa)
Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena ini dan mengakibatkan hemoroid
d.   Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e.    Olah raga berat
Olah raga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda, latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
f.     Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
3.      Klasifikasi
Berdasarkan letak terjadinya hemoroid dibedakan dalam dua klasifikasi, yaitu  :
1.      Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung – ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dan jaringan penyambung dan sedikit  pembuluh darah.
2. Hemoroid Interna
a.    Derajat I   :  terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b.    Derajat II : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan setelah selesai BAB.
c.    Derajat III :  pembesaran hemoroid  yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
d.   Derajat IV : prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis atau infark
4.      Patofisiologi
Drainase daerah  anorektal adalah melalui vena-vena hemoroidalis superior dan inferior. Vena hemoridalis superior mengembalikan daerah ke v. mesenterika inferior dan berjalan submukosa dimulai dari daerah anorektal dan berada dalam bagian yang disebut kolumna morgagni, berjalan memanjang secara radier sambil mengadakan anostomosis. Ini menjadi varices disebut hemoroid interna. Lokasi primer hemoroid interna (pasien berada dalam posisi litotomi) terdapat pada tiga tempat yaitu anterior kanan, posterior kanan dan lateral kiri. Hemoroid yang lebih kecil terjadi diantara tempat-tempat tersebut. V. hemoroidales inferior memulai venular dan pleksus – pleksus kecil di daerah anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua dan pleksus inilah yang menjadi varices dan disebut hemoroid eksterna (Mansjoer, 2000 : 321).
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Beberapa faktor etiologi telah diajukan termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu, sistem portal tidak mempunyai katub, sehingga mudah terjadi aliran balik. (Price, 1995 : 420).
Hemoroid adalah pelebaran vena hemoroidalis. Pada saat terdapat penekanan, hemoroid internal akan terdorong melewati pintu anus dan membentuk penonjolan (prolap). Prolap pada hemoroid derajat II dapat  masuk kembali dengan sendirinya, pada derajat III dapat masuk dengan bantuan dari luar ( tekanan tangan ) dan pada derajat IV tidak dapat masuk kembali ke dalam (menetap). Prolap yang menetap mengandung gumpalan darah (thrombus) yang dapat menimbulkan pembengkakan dan peradangan. Prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan nyeri. Selain itu prolap yang mendapat gesekan dapat menimbulkan iritasi kulit perianal. Bila penderita tidak dapat menjaga kebersihan tubuhnya, maka dapat menimbulkan rasa gatal dan mengeluarkan lendir. Adanya lendir menyebabkan kelembaban di daerah anus.
Bila prolap tersebut terus mendapat tekanan dari feses yang keras maka dapat merusak permukaan halus hemoroid dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan yang terjadi kadang hanya menetes dan kadang dapat memancar deras. Pendarahan yang berulang dapat menimbulkan anemia.




5.      Manifestasi klinis
1.      Gejala utama
a.       Perdarahan melaui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri
b.      Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya
2.      Gejala lain yang mengikuti
a.       Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau thrombus
b.      Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah
c.       Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi
6.      Pemeriksaan penunjang
a.       Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
b.      Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata
c.       Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
d.      Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai karsinoma.
e.       Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus. Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.



f.       Rectal Toucher (RT)
Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma recti.
g.      Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps. Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan   akan terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan
7.      Penatalaksanaan
1.    Terapi konservatif
a.       Pengelolaan dan modifikasi diet
Diet berserat dan rendah sisa, buah-buahan dan sayuran, dan intake air ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.
b.      Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-obatan yang sering digunakan adalah:
·          Stool Softener, untuk mencegah konstipasi sehingga mengurangi kebiasaan mengejan, misalnya Docusate Sodium.
·          Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti 5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping sistematik.
·          Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus, misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
·          Analgesik, misalnya Acetaminophen (Tylenol, Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang mengkonsumsi antikoagulan oral.
·          Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.

2.      Terapi Tindakan Non Operatif Elektif
a.       Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan diinjeksikan ke kuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.
b.      Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)
Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya akan mengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu  kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka waktu dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah nyeri yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari) setelah ligasi.
c.       Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
d.      IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
3.      Terapi Operatif
Pada operasi wasir yang membengkak ini dipotong dan dijahit biasanya dalam anaestesie spinal (pembiusan hanya sebatas pusar kebawah) sehingga pasien tidak merasa sakit, tapi tetap sadar.
Ada dua metode operasi : yang pertama setelah hemoroid dipotong, tepi sayatan dijahit kembali. Pada metode yang kedua dengan alat stapler hemoroid dipotong dan dijahit sekaligus.
B.     ASUHAN KEPERAWATAN
1.       PENGKAJIAN
Ø  KASUS
Tn. M masuk RSUD Abunawas dengan keluhan BAB berdarah sudah 2 hari, + 3 kali BAB berdarah, merasa nyeri di bagian anus. Setelah melakukan pemeriksaan perdarahan terjadi karena adanya benjolan di anus, tidak terjadi perdarahan di daerah lain, warna darah merah segar, klien merasakan badannya lemas, BAB tidak teratur dan susah, BAK lancar. Pemeriksaan TTV, TD : 100/70 mmHg, N : 72x/ mnt P : 20x/mnt
S : 36,50 C.  Hb : 6 gr/dl
1)      Pengumpulan Data.
a.       Indentitas
Nama                                 : Tn. M
Umur                                 : 77 tahun
Jenis Kelamin                    : Laki- laki
Pendidikan                        : SD
Pekerjaan                           : Petani
Agama                               : Islam
Suku / Bangsa                    : Jawa / Indonesia
Status Perkawinan             : Kawin
Alamat                               : Jl. martandu RT/RW. 02/01 Kambu.
                                             Kec. Kambu
b.      Identitas penanggung jawab
Nama                                 : Tn.R
Umur                                 : 45 tahun
Jenis Kelamin                    : Laki – laki
Pendidikan                        : S1
Pekerjaan                           : PNS
Hubungan dengan Klien   : Anak
Alamat                               : Jl. RT/RW. 02/01 Kambu
                                            Kec. Kambu
2)      Keluhan utama
Klien mengeluh BAB bercampur darah
3)      Riwayat Penyakit
a.       Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. M masuk RSUD Abunawas dengan keluhan BAB berdarah sudah 2 hari, + 3 kali BAB berdarah, merasa nyeri di bagian anus. Setelah melakukan pemeriksaan perdarahan terjadi karena adanya benjolan di anus, tidak terjadi perdarahan di daerah lain, warna darah merah segar, klien merasakan badannya lemas, BAB tidak teratur dan susah, BAK lancar. Pemeriksaan TTV, TD : 100/70 mmHg, N : 72x/ mnt P : 20x/mnt S : 36,50 C.  Hb : 6 gr/dl
b.       Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita hemoroid sudah + 1 tahun yang lalu tetapi tidak dilakukan tindakan operasi sehingga sekarang kambuh kembali.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama, penyakit keturunan (seperti diabetes, hipertensi, asma, dll), penyakit menular (seperti hepatitis, HIV/AIDS, TBC, dll).
4)      Data Biologis

No
Kebutuhan
Sebelum sakit
Sesudah sakit
1.
Nutrisi
a.  BB/TB
b.  Diit terakhir
c.  Kemampuan mengunyah
-     Mengunyah
-     Menelan
-     Bantuan total/sebagian
d. Frekuensi makan
e.  Porsi makan
f.   Makanan yang di sukai
g.  Makanan yang menimbulkan alergi

47 kg/140 cm
Nasi

Baik
Baik
Tidak ada
3x/hari
1 porsi
Tidak terkaji
Tidak ada

47 kg/140 cm
BN 1600 kal

Baik
Baik
Sebagian
3x/hari
1/2 porsi
Tidak terkaji
Tidak ada
2.
Cairan
a.  Intake
-       Oral
Jenis
Jumlah
Bantuan total/sebagian
-       Intervensi
Jenis
jumlah
b.  Output
-       Sunction
-       Drain
-       Muntah



Air putih
+ 1000 cc
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada



Air putih
+ 600 cc
Sebagian

RL
+ 400 cc

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3.
Eliminasi
a.  BAB
Frekuensi
Warna
Jumlah
Keluhan
Bantuan total/sebagian
b.  BAK
Frekuensi
Warna
Jumlah
Keluhan
Bantuan total/senagian


1x/hari
Khas feses
+ 100 cc
Tidak ada
Tidak ada

3 – 4 x/hari
Kuning jernih
+ 800 cc
Tidak ada
Tidak ada


Belum pernah
-
-
-
-

3 x/hari
Kuning jernih
+ 600 cc
Tidak ada
Sebagian
4.
Istirahat
a.  Lama tidur
b.  Kesulitan mulai tidur
c.  Kebiasaan mulai tidur

8 – 9 jam
Tidak ada
Malam

6 – 7 jam
Gelisah
Siang + malam
5.
Personal hygiene
a.  Mandi
-     Frekuensi
-     Kebiasaan mandi
-     Bantuan
b.  Gosok gigi
c.  Cuci rambut
d. Gunting kuku
e.  Ganti pakaian


2x/hari
Pagi + sore
Tidak ada
2x/hari
1x/2 hari
1x/minggu
2x/hari

Belum pernah
-
-
-
-
-
-
1x/hari
6.
Aktivitas
a.  Kesulitan dalam melakukan aktivitas
b.  Anjuran badrest

Tidak ada

Tidak ada

Ya

Ya

5)      Pemeriksaan Fisik
a.       Penampilan umum        : Kotor
b.      BB dan TB                   : 47 kg dan 160 cm
c.       Pemeriksaan TTV
1)      TD                           : 100/70 mmHg
2)      N                             : 72 x/menit
3)      R                             : 20 x/menit
4)      S                              : 36,50C
d.      Pengkajian Head To Toe
1)      Kepala
a)      Rambut
Rambut klien bersih, rambut hitam beruban, bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan maupun lesi, tidak ada kelainan lain di kepala.
b)      Mata
Bentuk kedua bola mata simetris, kelopak mata simetris, bulu mata ada, konjungtiva pucat, reflek pupil normal, terbukti saat memakai cahaya penlight didekatkan pupil mengecil dan saat cahaya dijauhkan pupil kembali membesar. Pergerakan bola mata pasien normal terbukti saat mata pasien mengikuti arah jari pemeriksa. Ketajaman penglihatan klien sudah rabun terbukti saat klien dianjurkan membaca klien tidak tepat membaca kalimat tersebut. Saat dilakukan palpasi tidak ditemukan kelainan.
c)      Telinga
     Kedua telinga simetris, telinga bersih tidak ada sekret/kotoran maupun perdarahan, tidak ada lesi maupun massa, tidak ada peradangan, pendengaran pasien terganggu, terbukti saat pemeriksa berbicara pelan / normal klien kurang mendengar dan harus diulangi dengan suara sedikit lebih keras.
d)     Hidung
Bentuk tulang hidung simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada perdarahan maupun sekret / kotoran, tidak ada massa dan nyeri di daerah hidung, penciuman klien normal, terbukti saat klien dianjurkan mencium wewangian (parfum, kayu putih, sabun) dan klien menjawab dengan tepat.
e)      Mulut, Lidah, Gigi
Bibir simetris, warna bibir pucat, bibir lembab, tidak ada lesi, mulut kotor, gigi sudah tidak utuh, warna gigi kekuningan, ada karies, keadaan gigi kotor, tidak ada lesi di daerah gusi, tidak ada pembengkakan dan nyeri di daerah gusi.
Bentuk lidah normal, warna lidah pucat, tidak ada kelainan di lidah. Saat dilakukan palpasi di rongga mulut tidak ada pembengkakan maupun nyeri tekan.
Indra perasa klien masih normal, terbukti saat pemeriksa memberikan perasa dan klien menjawab dengan tepat. Saraf kranial hipoglosal klien normal, terbukti saat klien dapat mengeluarkan dan menggerakan lidah. Gerak otot rahang klien masih bekerja dengan baik.




2)      Leher
Bentul leher normal, tidak ada pembengkakan, tidak ada massa, reflek menelan klien baik, saraf kranial asesori klien baik, terbukti saat klien di minta untuk menengok ke kiri / kanan kemudian ditahan oleh pemeriksa.
3)      Dada, Payudara, dan Ketiak
Tidak ada kelainan di daerah dada, bentuk dada simetris, ekspansi dada seimbang, terbukti saat pemeriksa merasakan getaran dan keseimbangan di punggung klien saat klien bernafas. Traktil fremitus klien seimbang terbukti saat pemeriksa meletakan kedua tangan di punggung klien pada saat klien mengucapkan bilangan “tujuh – tujuh”. Suara pernafasan jernih, tidak ada suara tambahan, irama nafas klien teratur dan normal.
Tidak ada suara tambahan pada jantung, irama jantung teratur dan normal.
Tidak ada edema di daerah payudara, bentuk payudara simetris, tidak ada massa dan lesi, tidak ada keluaran di daerah putting.
Tidak ada edema, massa maupun lesi di daerah ketiak, tidak ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan.
4)      Abdomen
Bentuk perut datar, simetris, tidak ada kelainan lain, tidak ada nyeri tekan di daerah perut, bising usus klien normal yaitu 9x/menit, tidak ada keluhan saat diperkusi, perut tidak kembung.
Posisi umbilikal normal, tidak ada peradangan ataupun keluaran, keadaan umbilikal bersih, tidak ada kelainan lain pada umbilikal.
5)      Genitalia
Klien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan genitalia, klien mengatakan tidak ada keluhan dibagian genitalia, tetapi adanya benjolan di anus.
6)      Kulit dan Kuku
Warna kulit pucat, tidak ada lesi maupun edema, warna kuku pucat hampir berwarna putih, bentuk kuku normal, kuku tebal, tekstur kuku lembut, kelembapan kulit kurang, turgor kulit normal, pengisian kapiler / capillary refill lambat yaitu lebih dari 3 detik.
7)      Ekstermitas
a)      Atas
Bentuk kedua tangan simetris, tidak ada kelainan lain, reflek bisep dan trisep klien normal, terbukti saat dilakukan ketukan di lekukan sikut dan di sikut menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas. Tangan kanan klien terpasanng infus, tingkat kekuatan otot klien 4 dari 5 (cukup kuat tetapi tidak dengan kekuatan penuh dan dapat menahan tahanan)
4
4

b)      Bawah
Bentuk kedua kaki simetris, tidak ada kelainan lain, reflek patella normal terbukti saat dilakukan ketukan di lutut menggunakan reflek hammer adanya gerakan spontan di ujung ekstermitas. Reflek achilles normal terbukti saat dilakukan ketukan dipergelangan kaki dan kemudian adanya gerakan spontan pada kaki. Reflek plantar / babinski normal terbukti saat telapak kaki di sentuh klien merasa geli. Tingkat kekuatan otot kaki klien yaitu 5 dari 5 (kekuatan kontraksi penuh dan dapat menahan tahanan dengan baik)
5
5



6)      Hasil Pemeriksaan Laboratorium

No
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai

Hematologi


1.
Hemoglobin
 6 g/dl
Pria : 14 – 18 g/dl
Wanita : 12 – 16 g/dl
2.
Leukosit
2.300 mm3
Dewasa : 4.000 – 10.000 mm3
Bayi : 9.000 – 12.000 mm3
3.
Hematokrit
25 %
Pria : 40 – 48 %
Wanita : 37 – 42 %
4.
Trombosit
414.000
150.000 – 450.000 mm3

7)      Terapi Sesuai Advis Dokter
a.       IVFD 2A 20 tpm
b.      Ceftriaxone inj 1 x 2 gr
c.       Ranitidine inj 2 x 1
d.      Asam tranexamat inj 3 x 1
e.       Dramamin 1 – 0 – 1
f.       Protransfusi PRL
2.      Analisa Data

No
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS : - Klien mengeluh adanya perdarahan pada saat BAB
DO: - Warna kuku klien sangat pucat hampir berwarna putih
-   Konjungtiva pucat
-   Capillary refill > 3 detik
-   Hb klien 6 g/dl
Feses yang keras

pecahnya vena hemoroidalis

perdarahan pada saat BAB/perdarahan di anus
Perdarahan
2.
DS : - Klien mengeluh nyeri dibagian anus
-   Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO: - Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
-   Klien tampak meringis menahan nyeri
-   Skala nyeri klien 2 dari 5
Kantung – kantung vena melebar
 

Menonjol ke saluran anus

Terjadi benjolan
 

Nyeri pada saat BAB
Nyeri akut
3.
DS : - klien mengeluh lemas
-   Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
-   Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
DO: - klien tampak lemah
-   Aktivitas klien tampak dibantu
-   Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
-   Kekuatan otot klien :
·    Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
·    Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5.
Nyeri hemoroid
                
Badan lemas karna kelelahan menahan nyeri
                
Tidak dapat beraktivitas secara mandiri
                
Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas
4.
DS : - Klien mengeluh badan terasa lengket
-   Klien mengatakan belum mandi
-   Klien mengeluh merasa tidak nyaman di badan
DO: - Badan klien tercium bau
-   Badan klien tampak kotor
-   Badan klien terasa lengket ketika diraba
Kelemahan fisik
                
Intoleransi aktivitas
                
Pemenuhan personal hygiene tidak terpenuhi
 

Defisit personal hygiene
Defisit personal hygiene



3.      Diagnosa Keperawatan
1.      Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh adanya perdarahan pada saat BAB
DO:  - Warna kuku klien sangat pucat hampir berwarna putih
-    Konjungtiva pucat
Capillary refill > 3 detik
         -   Hb klien 4,3 g/dl
2.      Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh nyeri dibagian anus
        -   Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO: - Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
       -   Klien tampak meringis menahan nyeri
       -   Skala nyeri klien 2 dari 5
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karena hemoroid, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh lemas
        -   Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
        -   Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
DO: - klien tampak lemah
        -   Aktivitas klien tampak dibantu
              -   Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
              -   Kekuatan otot klien :
·    Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
·    Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5
4.      Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan :
DS : - Klien mengeluh badan terasa lengket
       -   Klien mengatakan belum mandi
       -   Klien mengeluh merasa tidak nyaman di badan
DO: - Badan klien tercium bau
        -   Badan klien tampak kotor
        -   Badan klien terasa lengket ketika diraba
4.      Intervensi Keperawatan

No
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Intervensi
1.
Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis, ditandai dengan :
DS :
-     Klien mengeluh adanya perdarahan pada saat BAB
DO :
-     Warna kuku klien sangat pucat hampir berwarna putih
-     Konjungtiva pucat
-     Capillary refill > 3 detik
-     Hb klien 4,3 g/dl
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Perdarahan pada saat BAB hilang
-     Konjungtiva tidak pucat
-     Warna kuku merah muda / normal
-     Capillary refill normal / < 2 detik
-     Hb 12 – 16 g/dl
-     Monitor banyaknya perdarahan klien
-     Monitor warna dan konsistensi darah
-     Observasi TTV secara rutin
-     Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian vitamin K dan B12 sesuai indikasi
2.
Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid, ditandai dengan :
DS :
-   Klien mengeluh nyeri dibagian anus
-   Klien mengeluh nyeri pada saat BAB
DO:          
-     Saat dilakukan pemeriksaan anus, ada benjolan di daerah anus
-   Klien tampak meringis menahan nyeri
-   Skala nyeri klien 2 dari 5
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Nyeri di bagian anus hialng / berkurang
-     Nyeri pada saat BAB hilang
-     Perdarahan hilang
-     Bejnolan hilang
-     Klien tidak meringis
-     Skala nyeri 1 bahkan 0
-     Berikan posisi yang nyaman
-     Berikan bantalan di bawah bokong saat duduk
-     Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri seperti relaksasi dan distraksi
-     Observasi tingkatan nyeri
-     Kolaborasi denngan tim medis untuk pemberian analgesik, pelunak feses, dan dilakukannya hemoroidectomi
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karna hemoroid, ditandai dengan :
DS :
-     Klien mengeluh lemas
-     Klien mengeluh aktivitasnya dibantu
-     Klien mengeluh tidak dapat beraktivitas secara mendiri
DO :
-     Klien tampak lemah
-     Aktivitas klien tampak dibantu
-     Klien tidak dapat beraktivitas secara mandiri
-     Kekuatan otot klien :
·    Ekstremitas atas : kanan 4, kiri 4.
·    Ekstremitas bawah : kanan 5, kiri 5
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Klien tidak lemas
-     Klien dapat beraktivitas secara mandiri
-     Kekuatan otot klien maksimal
-     Kaji tingkat aktvitas klien
-     Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari – hari
-     Mandirikan klien dalam melakukan aktivitas sehari – hari
-     Berikan motivasi kepada klien utuk bisa melakukan aktivitas secara mandiri
4.
Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan :
DS :
-   Klien mengeluh badan terasa lengket
-   Klien mengatakan belum mandi
-   Klien mengeluh merasa tidak nyaman di badan
DO :
-   Badan klien tercium bau
-   Badan klien tampak kotor
-   Badan klien terasa lengket ketika diraba
Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam, masalah klien dapat teratasi dengan kriteria :
-     Badan klien tercium harum
-     Badan klien bersih
-     Badan klien tidak lengket
-     Mandikan klien

























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari berbagai definisi yang dikemukakan dalam bab II, penulis menyimpulkan bahwa hemoroid adalah suatu benjolan yang tidak wajar yang terdapat di daerah anus yang dapat menyebabkan perdarahan serta nyeri pada saat BAB.
Gejala utama hemoroid adalah perdarahan melaui anus yang berupa darah segar tanpa rasa nyeri dan prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.
Kasus hemoroid pada Tn. M dengan keluhan utama yaitu BAB bercampur / dilumuti darah.
Diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut :
1.      Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan adanya hemoroid.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri karena hemoroid.
4.      Defisit personal hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik.
B.     Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid dengan cara :
1.      Minum banyak  air,  makan  makanan  yang  mengandung  banyak serat (buah,  vitamin K, dan vitamin B12, sayuran,  sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram sehari
2.      Olahraga
3.      Mengurangi mengedan
4.      Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar) Membatasi mengedan sewaktu buang air besar.
5.      Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan terjadinya wasir dan dapat mengiritasi wasir yang sudah ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar