Minggu, 23 April 2017

MANAJEMEN KEPERAWATAN : ACTUATING ( PELAKSANAAN )



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat dan menjadi tenaga perawat yang professional.Pengembangan  dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh  masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.

Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar  dari Manajemen Keperawatan itu sendiri.
B.     PERMASALAHAN
a.       Apa definisi pelaksanaan (actuating) ?
b.      Bagaimana prinsip pelaksanaan (actuating) ?
c.       Apa hal penting di pertimbangankan dalam melakukan actuating ?
d.      Factor – factor  penghambat fungsi actuating ?
e.       Factor – factor pendukung fungsi actuating ?
f.       Pelaksanaan actuating ?
g.      Beberapa hal yang tercakup dalaactuating ?
h.      Tujuan  (actuating)
i.        Bagaimana manajemen proses keperawatan ?
C.    TUJUAN
a.       Untuk mengetahui definisi pelaksanaan (actuating)
b.      Untuk mengetahui prinsip pelaksanaan (actuating)
c.       Untuk mengetahui hal penting di pertimbangankan dalam melakukan actuating
d.      Untuk mengetahui factor – factor penghambat fungsi actuating
e.       Untuk mengetahui factor – factor pendukung fungsi actuating
f.       Untuk mengetahui pelaksanaan actuating
g.      Untuk mengetahui beberapa hal yang tercakup dalam actuating
h.      Untuk mengetahui tujuan actuating
i.        Untuk mengetahui manajemen proses keperawatan




BAB II
KONSEP ACTUATING

1.      DEFINISI PELAKSANAAN (ACTUATING )
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (manajer) yang baik.
Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari peranan kemampuan manajer.
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.


Menurut Nawawi (2000) pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan setelah organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan pelaksanaan adalah melakukan pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk koordinasi.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

2.      PRINSIP ACTUATING
a.       Pelaksanaan dan Penugasan.
Langkah lanjutan dari penetapan program kerja pengawasan adalah pelaksanaan pengawasan dalam bentuk pemberian tugas. Tjuan utama penugasan adalah untuk mencapai keseimbangan antara beberapa faktor: persyaratan dan kualifikasi personal, keseimbangan untuk pengembangan profesi, dan lain-lain.
b.      Pengawasan Pengelolaan Dana.
Pengelolaan terhadap dana atau anggaran yang digunakan oleh organisasi penting dilakukan agar dana tidak disia-siakan.
c.         Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana Pengawasan.
Pengawasan juga membutuhkan saran dan alat untuk melakukan pengawasan, misalnya teknologi yang digunakan untuk memantau kerja anggota organisasi atau pekerja.
d.       Dokumentasi Pengawasan.
Hal ini diperlukan unutuk mendapatkan bukti yang nyata bila terjadi pelanggaran, kesalahan dalam melakukan aktivitas di dalam organisasi.
Prinsip Actuating dalam manajemen keperawatan, menurut Kurniawan ( 2009 ) :
·         Memperlakukan pegawai dengan sebaik - baiknya
·         Mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia
·         Menanamkan pada manusia keinginan untuk melebihi
·         Menghargai hasil yang baik dan sempurna
·         Mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih
Prinsip Actuating dalam manajemen keperawatan, menurut Haris ( 2011 ):
·         Prinsip mengarah pada tujuan
·         Prinsip keharmonisan dengan tujuan
·         Prinsip kesatuan komando

3.      HAL PENTING YANG  DI PERTIMBANGKAN DALAM ACTUATING
Hal penting yang dipertimbangkan dalam melakukan actuating adalah untuk memotivasi seorang karyawan untuk melakukan sesuatu, misalnya saja:
                      a.         Merasa yakin dan mampu melakukan suatu pekerjaan,
                     b.         Percaya bahwa pekerjaan telah menambahkan nilai untuk diri mereka sendiri,
                      c.         Tidak terbebani oleh masalah pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak,
                     d.         Tugas yang diberikan cukup relevan,
                      e.         Hubungan harmonis antar rekan kerja.

4.      FAKTOR - FAKTOR PENGHAMBAT FUNGSI ACTUATING
Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan sedangkan dinegara maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self esteem. Perbedaan tersebut juga akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.

5.      FAKTOR – FAKTOR PENDUKUNG FUNGSI ACTUATING
Hal – hal yang perlu diperhatikan manajer dalam fungsi penggerakan.
a.       Manajer harus bekerja lebih produktif
b.      Manajer perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi
c.       Manajer harus mempunyai tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungan
d.      Manajer harus bersikap obyektif

6.      PELAKSANAAN ACTUATING
Karena manajemen keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap pada pelaksanaan terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam komponen fungsi, yaitu kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi.

7.      BEBERAPA HAL YANG TERCAKUP DALAACTUATING 
v  Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jarngan organisasi.Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok.
Pembahasan komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:
Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk mencapai tujuannya.
Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti bagaimana sebuah organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu.
v  Coordinating
Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan memberi instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran.
v  Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahannya melakukan kegiatan secara sukarela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditunjukan agar bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka lebih bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka berdaya guna dan berhasil guna. 
v  Leading
Istilah leading, yang merupakan salah satu fungsi manajemen, di kemukakan oleh Louis A. Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi lima macam kegiatan, yakni 1) mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar ada saling pegertian antara manajer dan bawahan, 3) memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta 5) memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

8.      TUJUAN  (ACTUATING)
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :
1.      Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
2.      Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
3.      Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4.      Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf
5.      Membuat organisasi berkembang lebih dinamis









BAB III
IMPLEMENTASI FUNGSI
 ACTUATING DALAM KEPERAWATAN

a.        Input
v  Kebijakan model praktek keperawatan professional (MPKP) metode tim yaitu :
·         Pengembangan pendidikan tinggi ilmu keperawatan
·         Penataan standar praktik keperawatan profesional melalui Undang-Undang praktik keperawatan
·         Pendayagunaan konsil keperawatan dan pokja keperawatan
v  Pengorganisasian MPKP metode tim
·         Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
·         Merumuskan tujuan metode penugasan.
·         Membuat rincian tugas tim dan anggota tim secara jelas.
·         Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat.
·         Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain- lain.
·         Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
·         Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
·         Mendelegasikan tugas kepala ruang tidak berada di tempat, kepada ketua tim.
·         Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
·         Identifikasi masalah dan cara penanganannya.  
v  Dokumen asuhan keperawatan metode tim
Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien.
v  Tersedia SAK (standar asuhan keperawatan)
Standar-standar yang ditetapkan dalam Standar Asuhan Keperawatan dimaksud terdiri dari :
·         Standar I   : Pengkajian Keperawatan
·         Standar II : Diagnosa Keperawatan
·         Standar II : Perencanaan Keperawatan
·         Standar IV: Intervensi Keperawatan
·         Standar V : Evaluasi Keperawatan
·         Standar VI: Catatan Asuhan Keperawatan 
b.      Proses
v  Proses pelaksanaan MPKP  metode Tim yaitu:
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut:
·         Membentuk tim sesuai jumlah pasien yang ada
·         Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
·         Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
·         Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
·         Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh kepala ruang.
v  Kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain
Selain dengan dokter anggota tim, ketua tim juga melakukan komunikasi langsung dengan dokter, ahli gizi dan tim kesehatan lain untuk membahas perkembangan pasien dan perencanaan baru yang pelu dibuat. Selain itu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang telah ada dan yang perlu dilakukan selanjutnya 
v  Menentukan diagnosis dan system klafikasi pasien
Saat pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim dan diperkenalkan kepada anggota tim yang ada. Kemudian ketua tim memberikan orientasi tentang ruang, peraturan ruangan, perawat bertanggung jawab (ketua Tim) dan anggota tim.
Ketua tim (dapat dibantu anggota tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan modifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Setelah menganalisa dan memodifikasi rencana keperawatan, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota tim, selanjutnya anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan rencana tindakan medis yang dituliskan rdi format tersendiri. Tindakan yang telah dilakukan anggota tim kemudian didokumentasikan pada format yang tersedia.      
v  Pelaksanaan pre dan post conferen
·         Pre Conferen
Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Kegiatan yang dilakukan pre – conference antara lain berbagi informasi  tentang pengalaman yang akan dihadapi, salng bertanya, mengungkapkan perhatian, dan melakukan klarifikasi tentang rencana kerja atau rencana intervensi keperawatan (Billing’s dan judith, 1999)
Oberman (1999), kegiatan  pre- conference meliputi identifikasi masalah, perencanaan dan evaluasi hasil untuk mencari solusi. Kegiatan pre – conference dalam MPKP jiwa mencakup komikasi kketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk merencanakan kegiatan pada sif tersebut. Kegiatan ini dipimpin oleh ketua tim tau penanggung jawab tim.jika staf yang berdinas pada tim tersebut hanya satu orang, pre – conference akan ditiadakan. Isi pre – conference mencakup rencana setiap perawat ( rencana harian) dan rencana tambahan dari ketua tim atau penanggung jawab tim. (keliat, 2006).
·         Post Conferen
Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Kegiatan diskusi pada post – conference memberi kesempatan pada ketua tim dan perawat pelaksana untuk berkomunikasi secara profesional dengan menanyakan pengalaman klinik yang baru di lakukan, mendiskusikan pengalaman klinik tersebut, mengalisis situasi klinik, mengklarifikasi keterkaitan dan situasi, mengidentikasi masalah, mengungkaapkan perasaan, dan membangun sistem pendukungan di unit rawat inap. ( Keliat, 2006).
Isi pre – conference berupa hasil asuhan keperawatan setiap perawat dan hal – hal yang penting perlu diperhatikan untuk operan (tindak lanjut). Post – conference di pimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. (Keliat, 2006).

c.       Output
v  MPKP terlaksana dengan baik
v  Dokumen asuhan keperawatan tercatat secara lengkap
v  Timbang terima dilakukan dengan baik
v  Periode kebijakan dengan baik
v  Pre dan post comference dilaksanakan dengan baik
v  Pasien dan keluarga puas dengan pelayanan
v  Pasien aman tidak ada resiko
v  Hemat penggunaan BHP

d.    Evaluasi
Tahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan dengan benar. Oleh karena itu, perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
a.      Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan.
Perencanaan merupakan hal yang utama dari serangkaian fungsi dan aktivitas manajemen. Tahap perencanaan dari proses menejemen tidak hanya terdiri dari penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai, dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan merupakan pemikiran/ konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi yang penting didalam mengurangi resiko dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan efek-efek dari perubahan.
Selain proses perencanaan, yang dapat dilakuykan oleh pemimpin keperawatan adalah menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menentukan tujuan jangka panjang dan pendek, engkaji sumber daya organisasi, mengidentifikasi kemampuan yang ada, dan aktifitas spesifik serta prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin keperawatan untuk menganalisis aktifitas dan struktur yang di butuhkan dalam organisasinya.


b.      Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
Menejer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksankan kegiatan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Keberhasilan seorang pemimpin keperawatan tergantung pada penggunaan waktunyayang efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam konteks ini seorang pemimpin harus mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal ini dibutuhkan untuk dapat mencapai produktifitas yang tinggi dalam tatanan organisasinya.

c.       Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan.
Berdasarkan situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat di berbagai tingkatana manajerial.
Semua tingkat menejer dalam keperawatan dihadapkan pada persoalan yang berbeda sehingga dibutuhkan metode atau cara pengambilan keputusan yang berbeda pula. Jika salah dalam pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktifitas yang akan dilakukan. Proses pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi dari para menejer.

d.      Menejemen keperawatan harus terorganisasi
Pengorganisasian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam rangka mencapai tujuan. Terdapat empat blog struktur organisasi, yaitu unit, departemen, top/tingkat eksekutif, dan tingkat operasional.
Prinsip perorganisasian mencakup hal-hal pembagian tugas, koordinasi, kesatuan komando, hubungam staf dan linik, tanggung jawab dan kewenangan yang sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan, pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara fungsional/penugasan, alokasi pasien, grub/tim keperawatan dan pelayanan keperawatan utama.
e.       Menejemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dari aktifitas manajemen. Komunikasi yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalah pahaman, dan akan memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara pegawai dalam suatu tatanan organisasi 
f.       Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
Pengendalian menejemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai dengan yang  direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan pada kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan pihak manajemen. Pengendalian meliputi penilaianterhadap pelaksananaan rencana yang telah dibuat, pemberian intruksi, menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar, dan membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.








BAB IV
PENUTUP

1.      KESIMPULAN
Actuating, dalam bahasa Indonesia artinya adalah menggerakkan. Maksudnya, suatu tindakan untuk mengupayakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan tujuan organisasi. Jadi, actuating bertujuan untuk menggerakkan orang agar mau bekerja dengan sendirinya dan penuh dengan kesadaran secara bersama- sama untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam hal ini dibutuhkan kepemimpinan (manajer) yang baik.
Actuating merupakan upaya untuk merealisasikan suatu rencana. Dengan berbagai arahan dengan memotivasi setiap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam organisasi, yang sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab. Maka dari itu, actuating tidak lepas dari peranan kemampuan manajer.
Manajemen proses keperawatan dilakukan dengan pendekatan sistem terbuka, dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan terdiri dari lima elemen yaitu: input, proses, output, kontrol, dan umpan balik.
2.      SARAN
Kami selaku penulis makalah ini, sangat berharap kepada pembaca dapat  mempelajari dan memahami makalah ini, agar bermanfaat di kemudian hari. Dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca baik mahasiswa maupun dosen sebagai pembimbing kami. Agar makalah ini dapat mendekati kesempurnaan.





RUJUKAN

Arwani, & supriyatno, heru. 2005. Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC.
AgusKuntoro. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta: Nuha                               Medika
Gillies. D. A (1989). Nursing  Management a system approach. Philadelphia.                              Second Edition. WB Saunder Company

Tidak ada komentar:

Posting Komentar